Jumat, 17 April 2015

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA DAUR KEHIDUPAN WANITA



MAKALAH ILMU KEBIDANAN DASAR IV
KOMUNIKASI TERAPEUTIK  PADA DAUR KEHIDUPAN WANITA
Disusun untuk Memenuhi Tugas IKD IV (KOMSLING)
Dosen pembimbing
                          Yeni Andriani, S.ST
                  Kurnia Retno W., S.ST., M.Kes.

 







Disusun Oleh :
 Kelompok 1

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2015


NAMA KELOMPOK :

1.      Ade Irma Indriyani
2.      Agustina Kurnia Dewi
3.      Anduna Nafa
4.      Anggun Ayuning Prameswari
5.      Ari Kristia Ningrum
6.      Ariska Saputri
7.      Della Recana Ayu S.
8.      Devita Ambarwati
9.      Dewi Nur Laila Utami
10.  Dewi Nurul Hikmah

15.401.14.001
15.401.14.002
15.401.14.003
15.401.14.004
15.401.14.005
15.401.14.006
15.401.14.007
15.401.14.008
15.401.14.009
15.401.14.010






KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah kami dapat mengerjakan tugas makalah dari materi Ilmu Kebidanan Dasar IV (KOMSLING)  tentang Komunikasi Terapeutik Pada Daur Kehidupan Wanita.
Dalam mengerjakan makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari Dosen kami. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : Ibu Yeni Andriani, S.ST dan Kurnia Retno W., S.ST., M.Kes selaku dosen mata kuliah Ilmu Kebidanan Dasar IV (KOMSLING) tentang Komunikasi Terapeutik Pada Daur Kehidupan Wanita dan kepada teman-teman yang terlibat dalam pengerjaan makalah ini hingga selesai
            Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

                                                                                         Krikilan,   April 2015


                                                                                                  Penyusun




DAFTAR ISI
                                                                                                                                   
KATA PENGANTAR....................................................................................     i
DAFTAR ISI....................................................................................................      ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................      1
1.2  Rumusan Masalah...........................................................................      1
1.3  Tujuan Penulisan.............................................................................      1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Klien..................................................................................      3
2.2 Macam-Macam Klien Dalam Asuhan Kebidanan..........................      3
A.    Komunikasi Pada Bayi Dan Balita...........................................      4
B.     Komunikasi Terapeutik Pada Remaja.......................................      8
C.     Komunikasi Terapeutik Pada Calon Orangtua ........................      9
D.    Komunikasi Terapeutik Pada Wanita Hamil.............................   11
E.     Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Bersalin...............................    15
F.      Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Nifas....................................    18
G.    Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Menyusui.............................    19
H.    Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga Berencana...................    20
I.       Komunikasi Terapeutik Pada Wanita Masa Klimakterium
Dan Masa Menopause...............................................................    21
J.       Komunikasi Terapeutik Pada Wanita Gangguan Reproduksi..    22
BAB III.PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................    23
3.2 Saran...............................................................................................    23
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1        LATAR BELAKANG
Komunikasi dalam profesi kebidanan sangatlah penting sebab tanpa komunikasi dalam pelayanan kebidanan sulit diaplikasikan. Dalam proses asuhan kebidanan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai kesehatan tingkat optimal. Oleh karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi dalam kebidanan disebut komunikasi terapeutik. Jadi inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilaksanankan untuk tujuan terapi.
Dalam memberikan asuhan kebidanan seorang bidan harus berkomunikasi dengan pasiennya agar pasien mengerti apa asuhan yang akan diberikan bidan kepada pasien tersebut. Tidak hanya dalam konteks kebidanan saja komunikasi itu penting tetapi dalam konteks lain juga komunikasi sangat diperlukan untuk menyampaikan berita atau pesan yang akan disampaikan.

1.2        RUMUSAN MASALAH
1.2.2        Apa yang dimaksud dengan Klien?
1.2.2        Bagaimana Komunikasi Terapeutik Asuhan Kebidanan Kepada Klien Sesuai Dengan Tingkat Usia?

1.3        TUJUAN PENULISAN
1.3.1        Umum
        Mahasiswa Mampu Memahami Macam-Macam Klien Dalam Asuhan Kebidanan Serta Menerapkan Komunikasi Terapeutik Sesuai Dengan Tingkat Usia Dalam Lingkup Kebidanan.





1.3.2        Khusus
1.      Mahasiswa Mampu Mengerti Dan Menjelaskan Definisi Klien
2.      Mahasiswa Mampu Mengerti Dan Memahami Komunikasi Teerapeutik Dalam Asuhan Kebidanan Pada Wanita Sesuai Dengan Tingkat Usia
A.    Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menerapkan Komunikasi Pada Bayi dan Balita.
B.     Mahasiswa Mampu memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik  Pada Remaja.
C.     Mahasiswa Mampu memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Calon Orangtua.
D.    Mahasiswa Mampu memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Wanita Hamil.
E.     Mahasiswa Mampu memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik  Pada Ibu Bersalin.
F.      Mahasiswa Mampu memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Nifas.
G.    Mahasiswa Mampu memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Menyusui.
H.    Mahasiswa      Mampu Memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga Berencana.
I.       Mahasiswa Mampu memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Wanita Masa Klimakterium dan Menopause
J.       Mahasiswa Mampu Memahami Dan Menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Wanita dengan Gangguan Reproduksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     DEFINISI KLIEN       
Klien atau pelanggan (customer) adalah orang yang akan mendefinisikan hasil dari proses yang di berikan (puas atau tidak puas). Menurut Vincent, pelanggan adalah semua orang yamg menuntut kita atau perusahaan kita untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu dan karena itu akan memberi pengaruh pada kinerja staf atau perusahaan (Simatupang, EJ,2008:33). Pelanggan dalam pelayanan kebidanan adalah orang yang langsung yang menerima jasa pelayanan yang diberikan dan menikmati pelayanan atau asuahan yang diberikan.

2.2   MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN
Orang-orang yang yang disebut klien atau pelanggan dalam pelayanan kebidanan adalah :
·         Bayi baru lahir
·         Balita
·         Remaja
·         Ibu hamil
·         Ibu bersalin
·         Ibu nifas
·         Ibu menyusui
·         KB
·         Menopause
·         Gangguan reproduksi
Komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam membantu pasien memecahkan masalah yang dihadapi. Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Tujuan komunikasi terapeutik :
1.      Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran.
2.      Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
3.      Membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri.

A.    Komunikasi Pada Bayi Dan Balita
Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bisa berkata-kata belum dipahami secara pasti.
Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi pada bayi meliputi:
·         Fase Prelinguistic (Fase Sebelum Bicara)
Suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangis sebagai reaksi terhadap perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu tahun, pada saat usia anak dua sampai tiga minggu seharuanya orang tua sudah dapat membedakan tangis bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau minta perhatian. Untuk dapat membedakan kita harus mengenali tangisan bayi:
1)      Tangis lapar biasanya bayi menangis dengan suara mendatar dan meningkat sesuai kebutuhan.
2)      Tangis kesakitan, bayi mengeluarkan teriakan yang mendadak karena bayi terkejut.
3)      Tangis tidak nyaman atau minta perhatian bayi akan menangis yang berlangsung terus menerus.
Bayi akan menangis apabila diletakkan ditempat tidur oleh ibunya, dan tangis itu semakin keras dan sifatnya menuntut. Apabila orang tuanya atau ibunyamendekatinya, memberikan belaian kasih sayang tangisnya akan menjadi pelan. Oleh karena itu orang tuanya sudah mulai megerti dengan kebutuhan bayinya lewat tangisnya sebagai suatu alat komunikasi.  Bayi pada minggu kedua mengeluarkan suara yang enak, dimulai terlihat senyum. Ini akan terlihat apabila bayi merasa kepuasan.
Sentum yang mempunyai arti sosial diperlihatkannya pada usia 3 minggu, hanya disini bayi tersebut belum bisa membedakan wajah yang dilihatnya. Reaksi dari orang tuanya atau orang dewasa terhadap senyuman, mempunyai fungsi meredakan dan menimbulkn perasaan dekat. Perkembangan bahasa anak bayi itu mulai berlangsung pada usia 2 sampai 6 bulan. Rasa-rasa puas dirasakan oleh bayi dengan nada suara rendah. Pada usia 4 sampai 5 bulan sura sedemikian ini sering diucapkannya pada saat bangun tidur. Sekitar umur 5 sampai 6 bulan, bayi mulai menggunakan suku kata yang diulang, seperti mama, papa, wawa, uuk. Kata mama dihubungkannya dengan pribadi ibunya dan kata papa dikaitkan dengan pribadi ayahnya. Jik bayi ditanya, “dimana mama?” Maka ia akan menoleh dan mencari ibunya, sekalipun dia belum mampu mengucakan kalimat utnuk ekspresi tersebut.
Bunyi refleksi (reflek vocal) juga termasuk dalam fase prelinguistic, yang meliputi :
a)      Babling (meraban), fase ini dimulai ketika bayi  tahu suaranya, senang mendengar  suaranya dan kemudian diulang seperti berbicara  sendiri. Meraban sering terjadi setelah bayi bangun tidur atau menjelang tidur. Sampai berumur 7 bulan, bayi berusaha meniru suara yang didengar dari seekitarnya dan kemudian timbul “ lalling” yaitu mengulng suara yang didengar dari sekitarnya.
b)      Echolalia, mengulang gema suara  dari suara yang diucapkan orang lain. Bayi sudah bisa sadar mendengar. Misalnya, bila diucapakan kata : Da-da “ ia mengulang kata itu walaupun artinya tidak ada. Bayi mulai belajar memanipulasi lidah, bibir, tenggorokan dan meniru suara yang dikeluarkan oleh orang lain. Pertumbuhan bicara dan bahasa anak akan cepat bila orang tua mengulang suara bayi dan bayi membalasnya dengan meniru.


·         Kata Pertama
Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena anak banyak akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang dikat akan anak sehubungan dengan apa yang dikerjakan. Misalnya: “mam” bisa berarti mama, bisa juga berarti makan. Tahap perkembangan anak pada lingkup kata pertama, antara lain:
1)      Usia 10 – 12 bulan timbul pengertian pasif dari bahasa.
Bayi memberi respon terhadap kata yang familier misalnya ada yang menyebut ibu maka dia akan berusaha mencari ibunya.
2)      Bicara sesungguhnya mulai usia 12 – 18 bulan.
Satu kata mengandung arti satu kalimat, misal : mengatakan makan berarti saya mau makan.
3)      Menggunakan empat kata pada usia 15 bulan
4)      Sepuluh kata pada usia delapan belas bulan.
·          Kalimat pertama
Kalimat anak seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan tata bahasa, misal anak bilang “makan” berarti “aku mau makan”. Jadi orang tua atau orang disekitarnya harus tanggap terhadap kata-kata anak tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan kalimat pertama meliputi:
1)      Usia 2 tahun anak mulai menyusun kata.
2)      Disebut periode permulaan pembicaraan.
3)      Kalimat anak mempunyai arti pribadi, tidak ikut aturan.
4)      Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh.
·         Kemampuan bicara egosentris
Kemampuan berbicara egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan tiga macam:
1)         Repetitif (pengulangan). Kata yang didengar diulang-ulang.
2)         Monolog (berbicara satu arah) biasanya pada anak pra sekolah. Anak bicara sendiri memainkan banyak peran dengan berkata-kata sendiri.
3)         Monolog kolektif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri-sendiri, biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.
Kemampuan berbicara memasyarakatkan menunjukkan adanya tukar pikian dengan orang lain, termasuk pertanyaan, jawaban, perintah, kritik terhadap orang lain.
Pada anak pra sekolah kemampuan berbicara egosentris semakin berkurang dan kemampuan berbicara memasyarakat menjadi lebih menonjol. Kemampuan ini diperlukan karena pada usia ini anak mulai diperkenalkan pada dunia baru yakni dunia formal. Anak harus belajar menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan disiplin di sekolah serta program-program dalam berbagai bidang pengembangan.
·         Perkembangan Semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian mulai mengetahui arti dan jenis kata abstrak. Misalnya anak akan lebih memahami kucing yang bisa dilihat daripada pahit, manis, dll. Kata abstrak dipelajari setelah pada masa pra sekolah. Kata yang sulit untuk anak pra sekolah adalah kata yang selain punya arti fisik juga punya arti psikologis. Contohnya : manis bisa berarti sikap, tapi juga bisa berarti rasa.
·         Prinsip komunikasi yang efektif pada anak:
1)      Mengikuti perkembangan psikologis anak.
2)      Kontak kasih sayang orang tua dapat memperkuat kepribadian anak.
3)      Pentingnya dalam komunikasi: belaian, dukungan dan sentuhan akan menimbulkan rasa senang dan bahagia.
4)      Dorongan bidan yaitu dengan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang aktif dalam bahsa dan emosi.


B.     Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Merujuk pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 18 tahun. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), yang dimaksud remaja adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 18 sampai 24 tahun.
Remaja biasanya merupakan masa untuk mencari jati diri dan pengakuan. Sehingga dalam situasi psikologis yang masih labil. Bila tidak diikuti dengan informasi-informasi yang benar maka akan menimbulkan berbagai masalah yang menyangkut kenakalan remaja.
Konseling yang diberikan pada anak laki – laki dan perempuan pada masa remaja bertujuan memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada usia remaja. Pelaksanaan konseling pada remaja menggunakan pendekatan kelompok. Bidan perlu menjalin hubungan komunikasi terbuka dan mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui oleh remaja. Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada remaja dengan menitikberatkan masalah:
a)      Perubahan fisik/biologis sesuai usia.
b)      Kesehatan reproduksi remaja.
c)      Seksualitas.
d)     Pengenalan organ reproduksi laki-laki dan perempuan
e)      Perubahan emosi dan perilaku remaja.
f)       Proses terjadinya kehamilan, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan aborsi yang tidak aman
g)      IMS dan HIV-AIDS.
h)      Kekerasan dalam remaja.
i)        Hubungan dengan pasangan sebelum dan sesudah menikah.
j)        Narkotika.
k)      Kenakalan remaja.
l)        Hambatan dalam belajar.
Komunikasi yang efektif pada remaja harus memperhatikan hal-hal yang menyangkut dengan remaja. Bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa baik secara jasmani maupun rohani. Jadi dalam komunikasi dengan remaja lebih memperhatikan :
a)      Kenyamanan remaja dalam menerima informasi.
b)      Memperhatikan cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang disampaikan.
c)      Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan.
d)     Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar.
e)      Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja.
f)       Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan
g)      Menjalin keakraban dengan remaja.
Bidan sebagai konselor dalam masalah tersebut perlu melakukan pelayanan konseling, baik pada keluarga dalam arti orang tua maupun remaja yang bermasalah.

C.    Komunikasi Terapeutik Pada Calon Orangtua
Konseling pada calon orangtua membantu pemahaman diri untuk menjadi orang tua, baik sebagai ayah maupun sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan perkembangan terjadi secara alami. Salah satu peran bidan ketika menghadapi klien adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling kebidanan. Untuk memperjelas arah konseling kebidanan pada calon orang tua, perlu adanya pemahaman terlebih dahulu tentang hal – hal sebagai berikut :
a.       Menjadi orang tua
Menjadi orang tua adalah suatu proses kehidupan yang bermula dari terbentuknya pasangan suami istri menjadi keluarga dan berlanjut dengan adanya keturunan.



b.      Tanggung jawab laki-laki sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah.
Dalam perubahan status menjadi ayah atau kepala keluarga, merupakan suatu keadaan yang membuat laki-laki secara psikologis harus mampu membagi kasih terhadap istri dan anak. Memenuhi kebutuhan keluarga secara fisik dan psikologis, secara moral dan material.
c.       Tanggung jawab perempuan sebagai ibu dalam keluarga
d.      Peran ibu dalam keluarga sangat kompleks.
Ibu sebagai penerus keturunan, pendidik dalam keluarga dan sebagai pendamping suami serta sebagai pelaksana, menjalankan perekonomian dalam keluarga bersama suami. Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih menitik beratkan pada:
1.      Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.
2.      Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi.
3.      Memberi bimbingan tentang persiapan perkawinan, dihubungkan dengan NKKBS/keluarga berkualitas.
4.      Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.
5.      Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi dan peran yang terjadi.
6.      Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.

·         Konseling pada orang tua karena berperan sebagai orang tua yang baik :
a)      Butuh penyesuaian dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan baru (dua keluarga menjadi satu).
b)      Menjadi orang tua merupakan proses kehidupan individu.
c)      Masalah perbedaan pasutri (pasangan suami istri).
d)     Tanggung jawab laki-laki (ayah/kepala keluarga).
e)      Tanggung jawab perempuan sebagai penerus keturunan, pendidik, pendamping suami, ekonomi keluarga.
·         Masalah-masalah yang dihadapi :
1.      Kesehatan.
2.      Pendidikan.
3.      Hubungan antar dan inter keluarga.
4.      Psikososial (norma dan tata nilai).

D.    Komunikasi Terapeutik Pada Wanita Hamil (Masa Antenatal)
Konseling pada wanita hamil terutama ditujukan pada ibu dengan kehamilan pertama. Konseling yang diberikan oleh bidan pada trimester pertama berkenaan dengan perkembangan janin sesuai dengan usia kehamilan, serta perubahan yang terjadi pada ibu. Konseling pada kehamilan trimester ketiga berfokus pada intervensi yang diberikan pada klien berkenaan dengan keadaan janin dalam rahim, posisi janin dan letak janin. Persiapan persalinan baik yang normal maupun yang tidak normal didahului dengan penjelasan tanda persalinan.
a.      Peristiwa Fisiologis
Terjadi konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur), ibu tidak menstruasi, terjadi perubahan hormonal, hal ini yang menyebabkan kadang ibu mengalami pusing, mual, tidak nafsu makan, peningkatan suhu tubuh dan nampak cloasma gravidarum, BB bertambah, pembesaran uterus, sehingga tadinya langsing menjadi montok, gendut, dan gerakan lambat.
b.      Perubahan Psikologis
Kehamilan merupakan arti emosional pada setiap wanita, yang biasanya disertai perubahan-perubahan kejiwaan. Peristiwa-peristiwa kejiwaan yang biasanya menyertai ibu hamil antara lain peristiwa ngidam dibarengi dengan emosi-emosi yang kuat karena dorongan hormonal, ibu jadi peka, mudah tersinggung, karena hamil umumnya menambah intensitas tekanan batin pada psikisnya, tetapi dapat juga dijumpai ibu yang bangga dengan kehamilannya dan bergairah menyambut kehadiran bayinya, bila merupakan peristiwa pertama. Disamping perasaan gembira, rasa cemas pun timbul apa bayinya cacat/sehat, apa melahirkan dengan lancar. Hal ini biasanya diperberat dengan kasus-kasus rumah tangga. Hal-hal yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada ibu hamil adalah :
1)      Ibu hamil pertama belum punya pengalaman, contoh adanya pergerakan anak, kelainan-kelainan kulit.
2)      Anak yang tidak diharapkan, contoh pernah mau digugurkan tetapi tidak gugur, takut anaknya cacat, kehamilan diluar nikah
3)      Persalinan lalu tidak menyenangkan, contih anak lahir tidak abnormal, anak meninggal, perdarahan, terlalu mengharap jenis kelamin tertentu, umur ibu resiko tinggi, ibu menderita penyakit tertentu, tidak mendapat dukungan suami atau keluarga yang lain, dan lain-lain.
c.       Perubahan Pada Trimester Pertama
Pada masa antenatal, ibu hamil akan mengalami perubahan, baik pada fisik maupun psikologis.
·         Perubahan fisik yang dialami pada masa antenatal trimester pertama adalah :
1)      Mual yang disertai muntah.
2)      Enggan makan dan ngidam.
3)      Perubahan payudara.
4)      Keletihan dan rasa mengantuk.
5)      Sering berkemih.
6)      Rasa perut panas, gangguan pencernaan, kembung.
·         Perubahan psikologis :
1)      Merasakan ketidak nyamanan.
2)      Muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan.
3)      Perasaan tidak menentu yang tidak diketahui penyebabnya.
Konseling yang diberikan bidan adalah konseling pemahaman diri yang mencakup penerimaan ibu atas kehamilanya, sikap, dan jalan keluar sesuai alternatif yang diberikan oleh bidan.
d.      Perubahan Pada Trimester Kedua
Pada bulan ke empat ibu masih mengalami hal-hal seperti kehamilan bulan sebelumnya.
·         Perubahan Fisik :
a)      Ibu masih merasa letih.
b)      Frekuensi sering berkemih mulai berkurang.
c)      Berkurangnya mual dan muntah.
d)     Kadang-kadang sembelit.
e)      Pembesaran payudara terus berlanjut, tetapi nyeri tekan dan pembekakan mulai berkurang.
f)       Kadang-kadang sakit kepala, seperti mau pingsan atau pusing, terutama bila berubah posisi mendadak.
g)      Rasa hidung tersumbat dan kadang-kadang perdarahan pada hidung.
h)      Gusi berdarah pada waktu penyikatan gigi.
i)        Nafsu makan bertambah.
j)        Pembekakan ringan pada kaki, mata kaki, kadang-kadang pada tangan dan wajah.
k)      Varises pada vena dan pada tungkai.
l)        Hemoroid atau wasir.
m)    Pengeluaran cairan berwarna putih dari vagina.
n)      Terasa pergerakan janin pada akhir bulan ke empat.
·         Perubahan psikologis
a.       Ibu sudah merasa sehat.
b.      Ibu sudah bisa menerima kehamilanya.
c.       Mersakan pergerakan janin.
d.      Marasa terlepas dari ketidak nyamanan dan kekawatiran.



e.       Perubahan Pada Trimester Ketiga
·         Perubahan Fisik
a)   Sesak Nafas
b)   Nyeri punggung
c)   Nyeri tekan payudara
d)   Sering berkemih
e)   Konstipasi
f)   Kesemutan
g)   Sakit Kepala
h)   Kram Tungkai
i)   Bengkak(Edema)
·         Perubahan Psikologis
a)      Rasa tidak nyaman timbul lagi, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
b)      Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul saat melahirkan.
c)      Merasa sedih karna akan terpisah dengan bayinya.
d)     Merasa kehilangan perhatian.
Bidan sebagai konselor dalam konseling pada ibu hamil harus memperhatikan umur kehamilan dan keadaan ibu pada saat itu. Pada tahap awal konseling, selalu diadakan hubungan yang mengenakan seperti pelaksanaan konseling pada umumnya.
Bidan memberi informasi tentang perubahan  yang terjadi pada ibu hamil dengan menggunakan ekspresi kata-kata bahwa bidan siap untuk memberikan pertolongan. Dan bidan juga mengajak klien berdiskusi tentang hal-hal yang harus dilaksanakan oleh ibu hamil serta membicarakan tentang keuntungan dan kerugian bila tidak dilaksanakan. Selain itu, memberi nasihat tentang cara pelaksanaannya.


Dari proses konseling ini diharapkan adanya penerimaan klien terhadap kehamilannya. Pada akhir konseling bidan membuat rangkuman prlaksanaan konseling dan bersama klien membuat kesepakatan untuk bertemu kembali dalam rangka tindak lanjut.

·         Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
1)      Bidan yang senantiasa berhubungan dengan bumil diharapkan mampu melalaui tindakan pemeriksaan, penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan berbagai metode maupun bentuk hubungan. Mengadakan komunikasi terapeutik.
2)      Komunikasi terapeutik diharapkan dapat merendam pemunculan faktor psikososial yang berdampak negatif terhadap kehamilan.
3)      Bidan diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memelihara kehamilannya sehingga dapat melahirkan dengan lancar.
·         Prinsip Komunikasi Pada Ibu Hamil
A.    Pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi ibu hamil.
B.     Informasi yang diberikan menyangkut tentang kehamilan dan persiapan melahirkan. Seperti ke hal-hal yang menyangkut kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diperlukan.
C.     Menciptakan kenyamanan dan keakraban saat menyampaikan pesan.
D.    Tidak membuat penerima stress dengan info yang disampaikan.

E.     Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Bersalin (Masa Natal)
Kelahiran merupakan proses fisiologis yang diwarnai komponen psikologis. Akan tetapi peristiwa yang dialami tiap orang berbeda.



a)      Perubahan Fisiologis
1)      Semakin tua kehamilan ibu semakin merasakan gerakan-gerakan bayi, perut makinbesar, pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu tidak nyaman. Kadang-kadang terjadi gangguan kencing, kaki bengkak.
2)      Otot-otot panggul dan jalan lahir mekar.
3)      Kontraksi uterus dipengaruhi syaraf-syaraf sympati, parasympati, syaraf lokal otot uterus.
b)      Perubahan Psikologis
1)      Minggu-minggu terakhir dipengaruhi perasaan/emosi dan ketegangan.
2)      Ibu cemas apa bayinya cacat, dapat lahir lancer.
3)      Ibu takut darah, nyeri, takut mati.
4)      Kecemasan ayah hampir sama dengan kecemasan ibu, bedanya ayah tidak langsung merasakan efek kehamilan

·         Konseling pada ibu bersalin dapat dibagi menjadi beberapa tahapan :
a)      Tahap I
Dilakukan sejak klien memasuki kala I atau (kala pembukaan) dalam persalinan. Bimbingan konseling yang harus diberikan bidan meliputi :
·         Masalah dalam perslinan
·         Tindakan selama persalinan
·         Menganjurkan makan dan minum pada saat perut ibu tidak nyeri
·         Menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil
·         Menganjurkan ibu beristirahat pada saat perut tidak terasa nyeri
·         Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan apabila ketuban tidak pecah

·         Menganjurkan ibu menggunakan tehnik relaksasi atau tehnik lain untuk mengurangi nyeri
·         Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu
b)      Tahap II
Dilakukan mulai dari pembukaan lengkap sampai kala II (Kala pengeluaran bayi) berakhir. Bimbingan konseling yang harus diberikan bidan meliputi :
·         Mengajari cara meneran yang baik
·         Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat his
·         Menganjukan untuk beristirahat, apabila diperlukan beri ibu minum saat his hilang
·         Memberi semangat dan dukungan bagi ibu
c)      Tahap III
Bimbingan konseling dilakukan pada saat ibu memasuki kala III atau (kala pengeluaran plasenta). Bimbingan konseling yang harus diberikan bidan meliputi :
·         Mengajari ibu untuk melakukan masase uterus (Uterus masase).
·         Memberi informasi ibu tentang perdarahan setelah melahirkan
d)     Tahap IV
Pada tahap ini ibu memasuki kala IV (pengawasan perdarahan dua jam setelah melahirkan). Bimbingan konseling yang diberikan :
·         Memberi  informasi tentang pentingnya masase uterus
·         Memberi informasi cara perawatan dan kebersihan alat kelamin (vulva hygiene) serta cara membasuhnya yang benar.
·         Menganjurkan untuk sering ganti pembalut
·         Memberi informasi tentang pentingnya asi secara dini dan terutama asi eksklusif.
·         Memberi informasi dan memotifasi ibu untuk melakukan mobilisasi.
·         Memberi informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
·         Pelaksanaan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan:
Melihat kecemasan pada ibu dan suami maka orientasi pelayanan bukan hanya ditujukan pada ibu tetapi juga pada suami. Ibu dituntun untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang proses kelahiran. Suami dibesarkan hatinya, dijelaskan apa yang terjadi pada istrinya.
1)      Komunikasi pada ibu bersalin difokuskan pada teknik-teknik bersalin seperti teknik mengejan atau mengatur pernafasan dan lain-lain.
2)      Pemberian pesan harus sabar dalam memberikan informasi pada saat ibu bersalin sehingga ibu yang sedang bersalin merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang diberikan sehingga bisa mempratekkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

F.      Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Nifas
·         Perubahan fisiologis
Terjadi proses involusi yaitu pemulihan fungsi alat-alat kandungan secara perlahan ke kondisi semula.  Keluar lochea dari vagina selama beberapa hari (42) dan  perut ibu kelihatan besar.
·         Perubahan Psikologis
Muncul berbagai ekspresi akibat berlalunya peristiwa menentukan dalam hidupnya dan merupakan peristiwa mengesankan karena :
a)      Ibu merasa bangga karena telah mengalami kesulitan, kecemasan, kesakitan, penderitaan dengan tenaganya sendiri.
b)      Ibu bahagia karena telah mendapat relasi dengan bayinya, ingin cepat tau jenis kelamin, bentuk bayinya.
·         Disamping itu muncul Gejala-Gejala Psikis disebabkan :
a)      Ibu mengalami kesenduan, kepedihan hati, kekecewaan dan penderitaan batin missal karena anak hasil hubungan luar nikah.
b)      Jenis kelamin anak tidak sesuai harapan, bayi cacat sehingga timbul rasa tidak cinta anaknya.
c)      Ibu-ibu yang telah cerai, kelahiran anak merupakan peristiwa tidak menyenangkan.
·         Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
a)      Bidan harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih seperti semula.
b)      Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan psikis ibu nifas
·         Prinsip Komunikasi Pada Ibu Nifas
a)      Komunikasi difokuskan pada permasalahan kasusnya masa nifas seperti cara menjaga kebersihan, perawatan bagi dan juga kesehatan ibu dan anak. Serta pemulihan organ-organ reproduksi.
b)      Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan yang memerlukan suatu tindakan khususnya dana.
c)      Dalam menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima.
d)     Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang benar, maka pemberi pesan harus memberikan contoh melalui alat media atau mempratekkan langsung pada ibu-ibu tersebut.

G.    Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Menyusui
·         Perubahan fisiologis
Setelah masa melahirkan bayi, mulailah masa involusi. Uterus yang semula menggelembung besar serta mendesak organ internal, secara berangsur-angsur mengecil kembali, kembli begitu pula organ-organ yang lainnya kembali ke letak semula. Disamping itu organ-organ yang lainnya mulai produktif khususunya kelenjar-kelenjar susu. Kelenjar susu mulai bekerja yang dipengaruhi hormon-hormon maka mulailah masa menyusui.



·         Perubahan Psikologis:
1)      Ibu merasa terpisah dengan bayinya. Gejolak emosi yang muncul: ibu cemas dengan keselamatan bayinya, cemas tidak dapat memberi ASI dan perawatan cukup, tetapi ada juga yang sebaliknya benci kepada anaknya.
2)      Kondisi yang mencemaskan dimana ibu takut menyusui bayinya, takut payudara jadi jelek, masalah lain karena ASI tidak keluar, takut bayi kurang makan/ASI.
·         Pelaksanaan Komunikasi
Komunikasi ditekankan kepada peranan ibu untuk memberikan air susunya kepada bayi sebagai wujud pertalian kasih sayang.

H.    Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga Berencana
·         Perubahan Fisiologis
Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan sebagai akibat dari efek samping kontrasepsi seperti pusing, Berat badan bertambah, timbul flek-flek pada wajah, menstruasi banyak/tidak teratur/tidak menstruasi, keputihan, libido turun, dan lain-lain.
·         Perubahan Psikologis
Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi, ibu takut terjadi kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi sehingga hamil.
·         Pelaksanaan Komunikasi
1)      Komunikasi berorientasi kepada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara mengatasinya.
2)      Cara kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaiannya.





I.       Komunikasi Terapeutik Pada Wanita Masa Klimakterium Dan Menopause
·         Perubahan Fisiologis
Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan yang menyertai akibat menurunnya hormon estrogen dan progesteron, seperti haid tidak teratur, keringat dingin, rasa panas di wajah (hot flash), jantung berdebar-debar, sakit saat berhubungan seks (dispareuni), dan lain-lain.
·         Perubahan Psikologis
Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi.
·         Pelaksanaan Komunikasi
a)      Menjelaskan bahwa menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita.
b)      Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia subur maupun klimakterium.
c)      Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
d)     Membantu klien dalam pengambilan keputusan.
e)      Komunikasi pada menopause harus memperhatikan sifat-sifat dari menopause itu sendiri agar pesan yang disampaikan dapat dicerna dengan baik.
f)       Karena fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang maka komunikasi bisa menggunakan alat bantu untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan

·         Komunikasi bisa menggunakan beberapa pendekatan diantaranya:
1.      Pendekatan Biologis : yaitu menitikberatkan pada perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada menopause seperti anatomi fisiologi serta kondisi patologi yang bersifat mutipel dan kelainan fungsional pada menopause.
2.      Pendekatan Psikologis : yaitu menitikberatkan pada pemeliharaan dan pengembangan fungsi-fungsi kognitif, afektif, konatif, dan kepribadian secara optimal.
3.      Pendekatan Sosial-Budaya : yaitu menitikberatkan pada masalah sosial budaya yang mempengaruhi menopause.

J.       Komunikasi Terapeutik Pada Wanita Dengan Gangguan Reproduksi
·         Perubahan Fisiologis
Muncul gangguan-gangguan dan keluhan yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita, seperti keputihan, gangguan menstruasi, infertilitas, kanker/tumor di organ reproduksi, penyakit menular seksual, dan lain-lain.
·         Perubahan Psikologis
Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi dan ketidaksiapan menerima kenyataan
·         Pelaksanaan Komunikasi
a)      Menjelaskan penyebab/kemungkinan gangguan yang diderita ibu.
b)      Deteksi dini terhadap kelaianan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi.
c)      Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan atau rujukan khususnya kesehatan reproduksi.
d)     Membantu klien dalam mengambil keputusan.
e)      Memberikan support mental.



BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Komunikasi terapeutik dalam kebidanan sangatlah penting dimana dalam komunikasi terapeutik dalam pelayanan harus diaplikasikan untuk memberikan kenyamanan pada klien.
Dalam memberikan asuhan kebidanan seorang bidan harus berkomunikasi dengan pasiennya agar pasien mengerti apa asuhan yang akan diberikan bidan kepada pasien tersebut. Bidan juga harus bisa mengaplikasikan komunikasi terapeutik dalam asuhan kebidanan supaya klien dapat menerima informasi yang sebenarnya dan mengerti pesan apa yang telah disampaikan oleh bidan.

3.2    SARAN
Tenaga kesehatan harus memahami segala aspek terkait dalam pemberian asuhan pada wanita yang dimulai sejak usia remaja sampai dengan menoupause. Diantaranya adalah dalam memberikan konseling pada klien dengan menggunakan atau menerapkan metode komunikasi terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada klien.










DAFTAR PUSTAKA

Juliane, M. Taufik. 2010. Komunikasi Terapeutik Dan Konseling Dalam Praktik     Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Romauli, Suryanti. 2013. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
Tyastuti S, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan            Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Yulifah, rita. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Uripni. 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.
http://petrickembem08.blogspot.com/2013/04/komunikasi-terapeutik.html (diakses tanggal 01 April 2015, pukul 15.13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar